Pecahan Dibagi Pecahan
A: "Lagian, apasih maksudnya pecahan dibagi pecahan? Semisal kita punya 2/3 bagian apel, terus mau dibagi 1/4. Itu artinya kita menghitung berapa bagian apel yang diterima 4 orang dari 2/3 bagian apel tadi kan? Kalau dihitung dapet 1/6 bagian apel, ya kan?"
B: "Bukan bukan, itu kasus perkalian bukan pembagian."
A: "Loh kenapa kalau dikali hasilnya makin kecil?"
B: "2/3 bagian apel dibagi 1/4 itu artinya... Udahlah, pokoknya kalau pecahan dibagi pecahan tinggal diputer dan dikali aja."
Percakapan di atas diambil dari film Ghibli yang baru saya tonton bulan ini, judulnya Only Yesterday. Intinya si A ini kesulitan memahami matematika dan meminta kepada si B untuk mengajarinya. Tapi si B juga bingung buat menjelaskannya dan menyuruh si A untuk menggunakan rumus cepat ala bimbel. Yang menarik adalah kasus ini sangat umum terjadi di kehidupan kita. Terkadang kita hanya mengikuti arahan guru tanpa tahu maksudnya apa.
Kembali ke pecahan dibagi pecahan, ilustrasi kenapa rumusnya diputer dan dikali bisa dilihat di gambar bawah. Intinya kita menghilangkan penyebut dengan mengkalikan penyebutnya. Dan voila hasil akhirnya seperti itu. Apakah pas SD diajarkan seperti ini? Mayoritas mungkin tidak. Kebanyakan hanya tahu kalau ada soal pecahan dibagi pecahan tinggal puter dan dikali.
Untuk masalah apel tadi, konsep si A sedikit keliru. Bila kita membagi apel ke 4 orang, seharusnya dibagi 4 bukan 1/4. Lalu kenapa kalau pecahan dikali pecahan hasilnya semakin kecil? Ini juga sedikit keliru, pecahan dikali pecahan hasilnya semakin kecil apabila nilai pecahan tersebut diantara 0 hingga 1 (1/3, 2/5, dll). Semisal pecahannya 3/2 dan 5/2, kalau dikali hasilnya 15/4. Nilainya jauh lebih besar.
Kalau begitu, pecahan dibagi pecahan tuh maksudnya apa? Semisal 3/4 dibagi 1/4, itu artinya adalah berapa bagian 1/4 yang dibutuhkan untuk membentuk 3/4? Jawabannya 3 bagian. Kalau dihitung secara matematis, 3/4 dibagi 1/4 hasilnya juga 3. Mungkin agak membingungkan, tapi kira-kira seperti ini konsepnya.
Di Indonesia, penjelasan konsep seperti ini hal yang tabu. Kebanyakan guru merasa hal-hal seperti ini tidak perlu dijelaskan, buang-buang waktu. Mereka berpikir dengan memberikan siswa latihan soal yang banyak akan membuat siswa mengerti, pengalaman adalah guru terbaik katanya. Padahal, pemahaman konsep itu sangat penting. Dengan memahami konsep, siswa bisa semakin tertarik dengan pelajaran tersebut.
Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia seperti seleksi alam, siswa yang beruntung dapat memahami konsep yang bisa bertahan. Karena sudah paham dengan konsepnya, siswa tersebut dapat menggali lebih jauh tentang pelajaran tersebut. Lama-lama muncul perasaan percaya diri dan menjadi lebih pintar. Yang tidak memahami konsep? sedikit demi sedikit muncul ketakutan dan pemikiran "sepertinya pelajaran ini bukan buat saya." Akhirnya malah membenci pelajaran tersebut karena alasan tidak paham.
Agak basi kalau kita bertanya "jadi yang salah siapa?" Karena yang bisa dilakukan saat ini adalah menjadi orang tua yang dapat menumbuhkan rasa penasaran anak, rasa percaya diri, memberikan pemahaman konsep yang benar, dan memberikan fasilitas yang terbaik. Menyekolahkan anak bukan berarti tanggung jawab pendidikan ada di tangan guru, orang tua tetap memiliki kewajiban mendidik anaknya.
Comments
Post a Comment