1 Kejadian Saja
Setelah dipikir-pikir alasan saya bisa mengerjakan soal matematika atau memasak bukan karena bakat, melainkan karena kejadian sepele yang pernah saya alami. Pada saat masih SD, saya tidak terlalu bisa mengerjakan soal matematika. Singkat cerita, saat saya kelas 4 SD, saya pernah dihukum oleh guru matematika karena telat masuk kelas. Saya diminta untuk mengikuti pembelajaran dari luar kelas melalui jendela. Mungkin karena saya rabun jauh, saya yang masih kecil itu mencoba lebih fokus agar tulisan di papan tulis lebih terlihat. Pada saat diberikan soal matematika oleh guru, tidak ada anak di dalam kelas yang bisa menjawab pertanyaannya. Karena saya mengetahui jawabannya, saya memberanikan diri untuk menjawab dan jawaban saya benar. Pada saat itu saya berpikir "Loh matematika ko gampang ya?"
Begitupun juga dengan memasak. Pada saat saya masih kecil, saya pernah diajak makan di restoran yang mewah oleh orang tua saya. Restoran tersebut sistemnya seperti prasmanan, bisa nambah makanan selama masih tersedia. Ketika saya ingin nambah, lauk yang saya inginkan sudah habis dan hanya menyisakan kuahnya. Ntah kenapa pada saat itu saya ngomong "Kayaknya kalau makan nasi ditambah kuah ini enak deh" kepada kokinya. Koki tersebut tersenyum dan bilang "Kamu sepertinya cocok jadi koki."
Ada 1 persamaan dari kedua cerita di atas, yaitu saya menjadi percaya diri setelah kejadian tersebut. Saya merasa bisa mengerjakan soal matematika dan merasa bisa menjadi koki yang hebat. Karena percaya diri tersebut, saya terus berlatih dan beneran menjadi bisa. Terkadang manusia hanya membutuhkan 1 kejadian untuk menjadi hebat.
Namun manusia juga bisa hancur dengan 1 kejadian saja. Bayangkan kalau pada saat itu kokinya malah menertawakan saya dan bilang "Kamu masih kecil ko pikirannya kaya mahasiswa di akhir bulan, pelit banget." Mungkin saya tidak mau belajar masak lagi selamanya. Umumnya, orang yang menghancurkan kehidupan orang lain tidak sadar atas perbuatannya. Mereka tidak memiliki niatan untuk menyakiti, namun perkataannya membekas di hati korban selamanya.
Comments
Post a Comment